Wednesday 8 April 2015

Short Holiday: LOMBOK - BALI (Last Day In Lombok)



NO!!!!! Kita kesiangaannnnnn... Bangun2 udah terang aja matahari, liat jam udah jam 7. Padahal udah rencanain dari semalam pengen ke Tanjung Aan. Huuaaaaaaa gak jadi deh. *nangis
Sayang banget gak sempat ke Tanjung Aan, padahal dari hotel kesana sekitar 10 menitan doank *hikss.
Karena hari ini sebagian dari rombongan harus balik ke Tarakan dan mereka ikut flight jam 11a.m, jadi sekitar jam 9-an kami sudah minta supir untuk jemput then cuss to airport.

Setelah rapi dan packing barang juga udah selesai, sembari menunggu jemputan aku dan mbak nur jalan-jalan ke Pantai Kuta (lagi), baru keliatan deh pasirnya yang besar-besar seperti biji merica itu.


FYI: Pantai Kuta dan Tanjung Aan terkenal dengan kekhasan pasir pantainya yang besar seperti biji merica.


Di Pantai Kuta kami kurang menikmati suasana karena kehadiran anak-anak yang menawarkan barang dagangan berupa aksesoris khas Lombok kepada kami, namun mereka cenderung memaksa. Ya udah deh kemana-mana dibuntutin, padahal udah beli malah semakin banyak yang ngekor, risih banget deh *seriusss. Gak tega sebenarnya, tapi mau gimana lagi, mereka banyak banget, akhirnya kita lariiiiiii hahahaa...

Gak lama nunggu akhirnya supir datang menjemput, benar2 numpang tidur doank disini ckckckc..
Perjalanan menuju bandara melewati Desa Sade yang didiami oleh salah satu suku asli khas Lombok, yaitu Suku Sasak. Di jalan agak dilema sih antara mampir apa gak ke Desa Sade, mengingat waktu yang mepet banget gett ini.
Akhirnya kita sepakat 15 menit untuk mampir ke Desa Sade. Seriuss ini liburan gak menikmati moment banget, serba kilat hahaa..

Sesampainya di gerbang masuk Desa Sade kami disambut dengan beberapa orang yang menawarkan jasa sebagai guide selama mengelilingi desa. Selanjutnya kami dipersilakan mengisi buku tamu dan memberi sumbangan seikhlasnya. Setidaknya namaku ada di buku tamu mengunjungi Desa Sade *yeayyyy :D
Rumah-rumah di Desa Sade terlihat cukup sederhana namun tertata dengan rapi. Pada tiap rumah hanya memiliki satu buah pintu yang berukuran kecil, kurang lebih 1 meter. Salah satu keunikan rumah di Desa Sade adalah lantai rumah yang dilumuri dengan kotoran sapi. Jadi ingat dulu pernah nonton Etnic Runway TransTV edisi di Lombok, guest-nya disuruh ngelumuri rumah pake kotoran sapi, ehh akhirnya aku nyampe sini juga *hehee.


Untungnya saat kami berkunjung lantai rumah dalam keaadaan kering, jadi aroma kotoran tersebut tidak tercium. Pas nginjak lantainya agak dingin2 gimana gitu, tapi berasa nginjak semen aja sih.


Ditengah desa terdapat tempat lumbung padi yang juga digunakan sebagai tempat penyimpanan hasil panen. Tempat lumbung padi ini terlihat unik karena dibuat menonjol dari rumah2 tempat tinggal di Desa Sade.


Guide yang mamandu kami menjelaskan bahwa wanita yang belum menikah tidak dapat memasuki tempat lumbung padi tersebut *balikkananbubar hahaa..
Karena buru-buru pengen menyusuri semua tempat dengan waktu yang ala kadarnya jadi gak sempat nanya alasannya. Kalau ada yang tau comment below this ya hehee...

Kemudian sampai disalah satu tempat menenun kain. Aktivitas kaum wanita di Desa Sade pada umumnya menenun.

Ada aturan yang mewajibkan wanita di Desa Sade harus bisa menenun kain sebelum menikah. Lagi-lagi aturan buat wanita, tadi gak boleh masuk tempat lumbung padi kalau belum menikah, sekarang wanita yang mau nikah harus bisa nenun du;u, hihihi.

Kami pun mendapat kesempatan untuk mempraktekkan secara langsung cara menenun kain.

Sebenarnya belajarnya juga ala2 sih, selebihnya untuk kebutuhan narsis aja hahahaa..

Kain hasil tenunan tersebut kemudian dipajang di depan rumah dengan motif yang bervariasi. Jika tertarik, anda dapat membelinya secara langsung. Selain kain juga banyak aksesoris2 lain yang dijual seperti gelang, mutiara, bebatuan, dll.



And finally, time's up! Kita udah langsung buru2 ke bandara. Alhamdulillah waktunya pas, mereka pun terbang menuju Tarakan. *byebye :p

Kemudian bagaimana nasibku dan mbak nur selanjutnya? Yang pasti aku harus ke Bali karena tiket pulangku ikut rute Bali-Tarakan. Mulai deh kita hitung-hitungan cost ke Bali, antara naik pesawat atau kapal ferry. Sempat survey beberapa maskapai tujuan Bali ternyata udah pada full semua, kalau pun ada berangkatnya sore. Daripada kering di bandara, mau kemana-mana juga jauh, sepertinya naik kapal ferry adalah pilihan terbaik, estimasi tiba di Balinya juga sama aja kalau kami naik pesawat sore. Akhirnya kami diantar menuju Pelabuhan Lembar. Bagaimana cerita selanjutnya? Perjalanan Lombok - Bali akan aku share terpisah ya.. 


To be continue...
Short Holiday: Lombok - Bali (On Our Way to Bali by Ferry)


0 comments:

Post a Comment