Tuesday, 21 April 2015

Short Holiday: Lombok - Bali (On Our Way to Bali by Ferry)


Setelah sepakat naik kapal ferry, aku dan mbak nur langsung menuju Pelabuhan Lembar. Dari airport menuju Pelabuhan Lembar kurang lebih 1 jam perjalanan. Kami gak begitu terburu-buru karena penyebrangan kapal ferry Lombok-Bali beroperasi 24 jam, nyantai aja sepanjang jalan sambil ngoceh nanya macem2 sama pak supir, hehee..


Saat sampai di pelabuhan kami langsung di antar menuju kapal, sempat ditawari tiket bus, tapi kami menolak. Tiket kapal ferry Lombok-Bali IDR 45.000, murah bukan? 

Sebelum kapal berangkat, banyak banget penjual beraneka ragam makanan dan souvenir yang berlalu-lalang di depan kami. Belanja lagi belanja lagi hahaaa...

Kami sengaja memilih duduk di bagian luar kapal biar bisa menikmati pemandangan laut sepanjang jalan menuju Bali.

Gak berapa lama kemudian kapal pun berangkat. It was hard for me to say goodbye to this amazing island *lil bit DRAMA hehee.. I hope one day I could travel to this place again and explore Lombok to the fullest. *amin.


Estimasi waktu perjalanan Lombok - Bali menggunakan kapal ferry sekitar 4-5 jam. Diawal perjalanan kami sangat menikmati pemandangan, hembusan angin laut yang sepoy2 buat ngantuk,  ya udah deh duduk kayak udang sambil tidur, hehee..

Di tengah perjalanan tiba-tiba awan jadi gelap, laut pun mulai gak bersahabat, kapalnya mulai bergoyang-goyang, dan turun hujan. Wah jadi gak asikk ni ceritanya, mana kita duduk di luar, mau masuk juga udah PW banget *aslinya malas ngangkat2 barang lagi hehee.

Yang tadinya estimasi perjalanan 4-5 jam, karena cuaca buruk jadinya sampai 7 jam di atas kapal, kepala jadi rada-rada gak stabil gitu, hahaa.

Namun semua itu terobati ketika kapal mulai mendekati Pelabuhan Padang Bai, pemandangannya cantik banget, bule di depanku aja sampai sampai teriak-teriak gitu manggil suaminya suruh bawa kamera, hihii.


Nah, mulai deh kami bingung nanti mau kemana dan naik apa, mana barang kita banyak banget, pas naiknya sih enak minta tolong buruh kapal, lah ini minta tolong siapa? hahaa. Ternyata kita gak sendiri sodara-sodara, ada rombongan mahasiswi dari Jakarta yang juga masih belum jelas nasibnya, dan barangnya juga gak kalah banyak sama barang kita, hahaa.

Ketemu ibu-ibu, alhamdulillah dijelasin sama Ibu itu dan kita ngekor aja jalan keluar pelabuhan, bareng mahasiswi-mahasiswi tadi juga. Ternyata kalau di Bali gak ada keluarga/ teman yang jemput, mending tadi pas di Pelabuhan Lembar beli tiket bus aja IDR100.000,- jadi langsung di antar ke Terminal Pura Batu Bolong, dan setelah itu baru lanjut naik angkutan lain. 

Karena udah kadung gak beli tiket bus, ya beginilah nasib kita, hanya ada beberapa mobil yang menawarkan jasa antar, dan mereka mematok harga mahallllll. Padang Bai - Kuta mereka minta IDR500.000,- untuk 2 orang. Whaaattt?  Kita nolak donk ya.. mahalll bangett cinn, padahal kita belum tau juga sih jarak Padang Bai - Kuta gimana, hehee. *dalam hati mending tadi naik pesawat, sama aja biayanya kalau di hitung-hitung.

Kalau kami cari angkutan ke Kuta, mahasiswi itu mau ke Terminal Pura Batu Bolong. Aku dan Mbak Nur dilema mau ikut mereka apa tetep cari yang langsung Kuta. Akhirnya kita ngikut aja, sempat dorong koper nanya kesana kemari, tapi susah banget mau cari pilihan lain. Setelah bersusah payah nawar akhirnya deal IDR40.000/orang dengan tujuan Terminal Pura Batu Bolong. *huffttt...

Kebayang gak naik mobil APV diisi 11 orang dewasa + 1 anak kecil, belum lagi barang bawaan kami yang seabrek (6 koper + kotak + tas jinjing, dll.), asli tega bangett, sampe gak bisa gerak sepanjang jalan, huaaaa....

Ternyata sebelum sampai di Terminal Batu Bolong, teman2 mahasiswi minta berhenti di pinggir jalan, sebelumnya aku n mbak nur belum tau tujuan mereka kemana, karena mereka turun semua, kami ngikut aja, hehee..

Setelah pak supir itu pergi jauh, baru deh teman2 mahasiswi itu cerita kalau ternyata tujuan mereka juga ke Kuta, dan mereka sudah memesan travel sebelumnya, namun karena pihak travel menjelaskan bahwa mobil travel tidak boleh menjemput di Pelabuhan Padang Bai, jadi mereka janjian ketemu di pinggir jalan. Aku baru 'ngeh' sekarang, jadi kayak monopoli gitu, travel, jasa antar, or sejenisnya dilarang beroprasi di sekitar Pelabuhan Padang Bai.

Ya udah deh, kita satu tujuan dengan teman2 mahasiswi itu yang juga mau ke Kuta, aku n mbak nur sekalian ikut mereka aja deh, yaa shere cost gitu *alhamdulillahyah :)


To be continue..
 

Wednesday, 8 April 2015

Short Holiday: LOMBOK - BALI (Last Day In Lombok)



NO!!!!! Kita kesiangaannnnnn... Bangun2 udah terang aja matahari, liat jam udah jam 7. Padahal udah rencanain dari semalam pengen ke Tanjung Aan. Huuaaaaaaa gak jadi deh. *nangis
Sayang banget gak sempat ke Tanjung Aan, padahal dari hotel kesana sekitar 10 menitan doank *hikss.
Karena hari ini sebagian dari rombongan harus balik ke Tarakan dan mereka ikut flight jam 11a.m, jadi sekitar jam 9-an kami sudah minta supir untuk jemput then cuss to airport.

Setelah rapi dan packing barang juga udah selesai, sembari menunggu jemputan aku dan mbak nur jalan-jalan ke Pantai Kuta (lagi), baru keliatan deh pasirnya yang besar-besar seperti biji merica itu.


FYI: Pantai Kuta dan Tanjung Aan terkenal dengan kekhasan pasir pantainya yang besar seperti biji merica.


Di Pantai Kuta kami kurang menikmati suasana karena kehadiran anak-anak yang menawarkan barang dagangan berupa aksesoris khas Lombok kepada kami, namun mereka cenderung memaksa. Ya udah deh kemana-mana dibuntutin, padahal udah beli malah semakin banyak yang ngekor, risih banget deh *seriusss. Gak tega sebenarnya, tapi mau gimana lagi, mereka banyak banget, akhirnya kita lariiiiiii hahahaa...

Gak lama nunggu akhirnya supir datang menjemput, benar2 numpang tidur doank disini ckckckc..
Perjalanan menuju bandara melewati Desa Sade yang didiami oleh salah satu suku asli khas Lombok, yaitu Suku Sasak. Di jalan agak dilema sih antara mampir apa gak ke Desa Sade, mengingat waktu yang mepet banget gett ini.
Akhirnya kita sepakat 15 menit untuk mampir ke Desa Sade. Seriuss ini liburan gak menikmati moment banget, serba kilat hahaa..

Sesampainya di gerbang masuk Desa Sade kami disambut dengan beberapa orang yang menawarkan jasa sebagai guide selama mengelilingi desa. Selanjutnya kami dipersilakan mengisi buku tamu dan memberi sumbangan seikhlasnya. Setidaknya namaku ada di buku tamu mengunjungi Desa Sade *yeayyyy :D
Rumah-rumah di Desa Sade terlihat cukup sederhana namun tertata dengan rapi. Pada tiap rumah hanya memiliki satu buah pintu yang berukuran kecil, kurang lebih 1 meter. Salah satu keunikan rumah di Desa Sade adalah lantai rumah yang dilumuri dengan kotoran sapi. Jadi ingat dulu pernah nonton Etnic Runway TransTV edisi di Lombok, guest-nya disuruh ngelumuri rumah pake kotoran sapi, ehh akhirnya aku nyampe sini juga *hehee.


Untungnya saat kami berkunjung lantai rumah dalam keaadaan kering, jadi aroma kotoran tersebut tidak tercium. Pas nginjak lantainya agak dingin2 gimana gitu, tapi berasa nginjak semen aja sih.


Ditengah desa terdapat tempat lumbung padi yang juga digunakan sebagai tempat penyimpanan hasil panen. Tempat lumbung padi ini terlihat unik karena dibuat menonjol dari rumah2 tempat tinggal di Desa Sade.


Guide yang mamandu kami menjelaskan bahwa wanita yang belum menikah tidak dapat memasuki tempat lumbung padi tersebut *balikkananbubar hahaa..
Karena buru-buru pengen menyusuri semua tempat dengan waktu yang ala kadarnya jadi gak sempat nanya alasannya. Kalau ada yang tau comment below this ya hehee...

Kemudian sampai disalah satu tempat menenun kain. Aktivitas kaum wanita di Desa Sade pada umumnya menenun.

Ada aturan yang mewajibkan wanita di Desa Sade harus bisa menenun kain sebelum menikah. Lagi-lagi aturan buat wanita, tadi gak boleh masuk tempat lumbung padi kalau belum menikah, sekarang wanita yang mau nikah harus bisa nenun du;u, hihihi.

Kami pun mendapat kesempatan untuk mempraktekkan secara langsung cara menenun kain.

Sebenarnya belajarnya juga ala2 sih, selebihnya untuk kebutuhan narsis aja hahahaa..

Kain hasil tenunan tersebut kemudian dipajang di depan rumah dengan motif yang bervariasi. Jika tertarik, anda dapat membelinya secara langsung. Selain kain juga banyak aksesoris2 lain yang dijual seperti gelang, mutiara, bebatuan, dll.



And finally, time's up! Kita udah langsung buru2 ke bandara. Alhamdulillah waktunya pas, mereka pun terbang menuju Tarakan. *byebye :p

Kemudian bagaimana nasibku dan mbak nur selanjutnya? Yang pasti aku harus ke Bali karena tiket pulangku ikut rute Bali-Tarakan. Mulai deh kita hitung-hitungan cost ke Bali, antara naik pesawat atau kapal ferry. Sempat survey beberapa maskapai tujuan Bali ternyata udah pada full semua, kalau pun ada berangkatnya sore. Daripada kering di bandara, mau kemana-mana juga jauh, sepertinya naik kapal ferry adalah pilihan terbaik, estimasi tiba di Balinya juga sama aja kalau kami naik pesawat sore. Akhirnya kami diantar menuju Pelabuhan Lembar. Bagaimana cerita selanjutnya? Perjalanan Lombok - Bali akan aku share terpisah ya.. 


To be continue...
Short Holiday: Lombok - Bali (On Our Way to Bali by Ferry)


Sunday, 5 April 2015

Short Holiday: LOMBOK - BALI (3IN1: Three Beaches In One Day)


Ini lanjutan short holiday aku di Lombok n Bali, kalau mau liat previous post-nya click link ini ya >> Short Holiday: LOMBOK - BALI (On Our Way to Lombok) *kalau mau loh ya hehe..


Surprise aja pagi2 bangun buka jendela liat pemandangan luar cantik banget, karena nyampe hotel kemaren udah gelap, paginya baru keliatan deh the real face of Senggigi Beach. Jam 06.00a.m aku udah siap, semangat 45 banget pokoknya, apalagi suara ombak terdengar memanggil-manggil dari semalam *lebay hihiii..

Setelah itu kami langsung menuju pantai, eh baru keluar dikit ada bapak2 nawarin dagangan, alih2 buat penglaris kami di kasih murah *katanya. Karena mikirnya di Lombok gak lama, takut gak sempat beli oleh2,  ya udah deh belanja lumayan banyak. //Sampai rumah nyesal, ternyata sample sama aslinya beda, salahku juga sih gak nge-check dulu, jd sebelll sama bapak itu// *abaikan.


Jalan2 santai di bibir Pantai Senggigi sembari bermain air sangat menyenangkan. Cuaca lagi bersahabat, udara paginya juga segar banget, dari kejauhan terlihat samar Mt. Rinjani.

Mt. Rinjani

Banyak perahu nelayan masih terparkir rapi, beberapa nelayan baru bersiap-siap untuk melaut.

Setelah puas berjalan-jalan disekitar pantai, kami pun kembali ke hotel untuk bersantai sejenak di pinggir kolam renang menikmati suasana pagi itu, ahhh sampai gak bisa berkata-kata, perfect morning banget..
The view of Senggigi Beach from Sentosa Villas & Resort

Wefie with Mbak Nur :p

Setelah breakfast, kami kembali ke kamar untuk packing barang, then check-out from The Sentosa Villas & Resort, masih pengen berlama-lama sebenarnya disini, tapi masih banyak tempat yang pengen kami kunjungi dengan waktu yang gak seberapa ini.

Selanjutnya tujuan kami adalah Gili Trawangan, yuhuuu capsusss yukkk...
Perjalanan menuju Gili Trawangan melewati bukit-bukit, sepanjang jalan pemandangannya ajibbb, cantik banget perpaduan pepohonan dan hamparan laut yang terlihat exotic dari ketinggian.

One of the best spot to see the three Gili.

Sayang donk ya kalau gak singgah, di jalan udah gak sabar aja pengen singgah, tapi Pak Supir lebih tau spot mana yang paling cantik. Akhirnya kami berhenti di jalan yang dari ketinggian terlihat tiga pulau cantik itu, Gili Air, Gili Meno, dan Gili Trawangan. Subhanallah, we should be greatful of what Allah SWT. has given to us, to this country, Indonesia. 

Setelah puas menikmati pemandangan dari atas bukit, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Bangsal, then Gili Trawangan, of course. Saat memasuki area Pelabuhan Bangsal mobil kami di hadang oleh petugas, ternyata mobil hanya boleh mengantar sampai depan saja dan kami bisa melanjutkan ke Pelabuhan Bangsal menggunakan cidimo, salah satu angkutan khas Lombok (mirip andong, beda di ban doank). Namun, setelah Pak Supir bernegosiasi dengan petugas tersebut, akhirnya kami dipersilahkan melanjutkan perjalanan dengan membayar IDR 20.000 terlebih dahulu.

Ticket office at Bangsal Port.

Sesaat setelah sampai di Pelabuhan Bangsal kami segera ke loket untuk membeli tiket. Harga tiket kapal reguler IDR 15.000 + retribusi IDR 2.000/ orang. Oo ya, kalau pengen lebih private bisa naik fast boat, gak perlu desak-desakan, tarifnya IDR 500.000 untuk sekali jalan dengan kapasitas 12 orang.

Regular Boat
Guess, who is the girl behind the blue hat? Hehe..
Namanya juga kapal reguler, penumpangnya banyak banget, belum lagi barang bawaannya juga banyak, segala logistik, sayur mayur, dll., untung waktu itu gak ada yang bawa hewan ternak, hehee.. tapi suasana begini malah asikk sih, ada cerita tersendiri buatku, apalagi bisa sekalian berinteraksi dengan penduduk lokal. Harus bangga donk ya negeri ini mempunyai beragam bahasa, suku, budaya, yang tiap daerah mempunyai keunikan tersendiri, sayang aja banyak yang gak sadar kalau Indonesia itu sebenarnya KAYA.

Hingga tanpa terasa kurang lebih 30 menit di atas kapal dan akhirnya kami sampai di Gili Trawangan. Ada huruf berjejer membentuk kata T R A W A N G A N menyambut kami.
Barefoot at Gili Trawamgan :p
Di Gili mondar-mandir berdua bareng Mbak Nur, sebenarnya Mbak Nur pengen banget snorkeling, tp akunya gak mau hehee..Yaudah jalan kaki aja menyusuri perkampungan, mana waktu itu pas lagi panas2nya Gili Trawangan, the sun just like five fingers on my head. Untung udah pake sunblock anti badai hahaaa...


Somehow when I was at Gili Trawangan I felt like I was at English Village (PARE).  Perhaps, it was because I saw people rode bicycle and talked english everywhere just like people commonly did in Pare. Bedanya yang cas-cis-cus ngomong english di Pare biasanya orang yang lagi kursus and practice their english skill, kalau di Gili Trawangan emang real bule (foreigners) who came from the outside of Indonesia. Yaa gitu deh isinya banyak turis-turis asing yang datang dari berbagai negara, makanya jangan heran kalau kamu merasa asing di negeri sendiri bila berada di Gili Trawangan.

The Village of Gili Trawangan

Keasikan jalan, gak sadar udah jauh  banget ternyata kaki ini melangkah, mikir kembalinya gimana, udah capek banget hahahaa.. mana cidimo yang lewat gak ada yang ke arah jalan balik, lagian kalau pun ada udah ada tuannya semua. Untungnya ada cidimo khusus buat angkut barang (gak tau namanya), ya emang cidimo sih, tapi ini gak ada atapnya, karena emang didesign buat angkut barang or material bahan bangunan doank, biasanya kalau ke arah balik udah gak ada muatan barang. Kemudian keluarlah jurus MELAS, ngehadang di tengah jalan then directly said "pak boleh ikut kesana gak?" *sambilnunjuk and he kindly answer "iya boleh mbak, silahkan". Alhamdulillah baik banget bapaknya, kayak nemu mata air *upss nemu onta di tengah padang pasir hahaaa..

Ya udah deh jarang-jarang kan naik beginian, cuek aja wefie sepanjang jalan, bodo amat gak ada yang kenal juga hahahaa..
Akhirnya kembali lagi ke tempat semula, tapi entah kenapa kami masih penasaran untuk meng-explore Gili Trawangan. Karena untuk jalan kaki udah gak mungkin, kali ini kami memutuskan untuk sewa cidimo mengeliling Gili Trawangan, biar bisa santai tralala gitu, hehee..

Pak Kusir and his Cidimo
Tarif sekali putaran IDR 150.000 *udah sih dari tadi gak usah kayak orang susah aja, mikir banget mau ngeluarin duit, hahaha *at least kami udah merasakan naik 2 jenis cidimo di Gili Trawangan :p

Cidimo and Its Pretty Kusir hehee..
Setelah puas menikmati keindahan Gili Trawangan, merasakan naik 2 jenis cidimo, selfie, wefie, dan sepertinya stock foto juga udah cukup. It's time to say goodbye, berharap banget ada yang nahan, tapi sayangnya gak ada yang peduli  *drama :D

Well, kembali lagi ke Pelabuhan Bangsal, Pak Supir udah ready to go, yukkkk mari kita cusss.. Ditengah perjalanan kami singgah di salah satu rumah makan, gak ada menu spesial yang perlu dibahas, emang random aja sih milih rumah makannya.

Setelah makan, kami memutuskan untuk mencari oleh-oleh *uupss padahal pagi tadi udah beli duluan. Ada 3 tempat toko yang kami singgahi: 1. GANDRUNG, disini khusus menjual baju, pernak-pernik, souvenirs khas Lombok; 2. TOKO MUTIARA, yang pastinya jual beraneka macam, bentuk mutiara donk ya; dan 3. PALAM PERDANA: disini jual aneka jenis makanan khas Lombok. Ok, completed! Lengkap deh oleh-oleh di tas belanjaan kita, pulang2 dompet udah tipis aja hahaha..

Karena hari sudah mulai gelap, kami memuskan mencari hotel di sekitar Pantai Kuta. Perjalanan lumayan jauh, sepi pula sepanjang jalan, masih minim lampu jalan menuju Pantai Kuta. Apesnya pas udah di sekitar Pantai Kuta, listrik disana mati, ehh hotel yang direkomendasikan Pak Supir malah nyalain lilin doank, alasannya genset lagi rusak, hihihi romantis banget deh ni hotel. Akhirnya cari hotel lain, eh yang ini malah kitanya gak suka sama kamarnya, Pak Supir kayaknya udah mehabisan ide, dan menyarankan ke hotel Aerotel Tastura, yups hotel yang romantis itu, hehee..  Hotelnya berhadapan langsung dengan Pantai Kuta, nyebrang jalan doank udah nemu pantai.

Masuk kamar segera deh mandi, bersih2, ganti baju tidur, niatnya emang langsung tidur. Tiba-tiba Mbak Nur ngajak keluar cari dokter praktek, kayaknya batuk Mbak Nur semakin parah. Yaudah deh, males ganti baju lagi, alhasil pake baju tidur trus jaketan doank. Sama pihak hotel dipinjamin motor, kata orang hotelnya disekitar sini ada medical center, dalam bayangan kalau nyebutnya medical center itu udah agak bagus lah ya kliniknya.

Di jalan agak horor sih, abis semakin kesini kok makin sepi aja ni jalan, lebih tepatnya kayak jalan di desa, gelap, rumah jarang, suara jangkrik saut-sautan, sempat mau putar balik, tapi akhirnya nemu juga. Sempat yakin gak yakin kalau itu tempatnya, jauh diluar bayangan, tapi betul aja sih MEDICAL CENTER = PUSKESMAS hehee.. Pas masuk kami kebingungan di dalam ruangan cuma ada dua ibu-ibu lagi baring di infus, kata ibu itu "panggil aja mbak!". Nah loh bingung mau panggil apa dan siapa, Dokter? Suster? Mas? Mbak? Hahaha..

Tiba-tiba dari balik tirai keluar dua pemuda, benar-benar gak berasa suasana puskesmas sih, nyantai aja gitu. Salah satu masnya menanyakan keluhan, sembari mas yang satu lagi mulai check tensi mbak nur. Setelah itu salah satu dari mereka membuka lemari yang berada di samping meja, kemudian terdengar suara kalau masnya lagi takarin obat buat mbak nur, hihihi.. Kami pun pamitan pulang setelah membayar 20 rebu. Sepertinya fasilitas kesehatan disini masih minim banget ya..

Padahal lagi sakit, bukannya langsung balik hotel, mbak nur ngajak ngopi di pinggir pantai ckckck *bandel ya.. Kalau aku mah di ajak kemana aja ayukkk *uppss lupa kalau dari tadi jalan kesana kemari pakai baju tidur doank *tepokjidat hahaha udah deh cuek aja.

Kebetulan di pinggir Pantai Kuta rame turis asing yang lagi night party, untuk menghilangkan rasa penasaran, mampirlah kami kesitu. Agak risih sebenarnya datang ke tempat seperti itu, apalagi dengan kostum yang gak OK ini *abaikan, ditambah dengar musik yang berisik banget, malah jadi pusing sebenarnya *maklum anak kampung hihihii..
Kami memilih warung disebelah kiri tempat bule-bule itu berkumpul, lucunya dengan polos kami duduk dan pesan KOPI ANGET! Dengan senyum-senyum *ngolok masnya bilang "maaf, disini gak nyediain kopi mbak", trus ada minuman apa aja? W/sky, Vodc*, Beer Bint*ng, dll. Whaaattt? Benar-benar deh tempat ini gak cocok buat anak baik-baik kayak kami gini SOJU ada gak mas? hahahaha...

Kami pun pindah tempat ke warung sebelah kanan, sepintas kami melihat bule-bule itu sedang asik bernyanyi-nyanyi, minum, ngerokok dan yang buat miris, ternyata disana juga ada anak kecil berlalu-lalang, entah mereka jadi pelayan, atau ikut-ikutan doank, aku juga gak tau persis, tapi menurutku tempat itu gak cocok untuk anak seusia mereka.

Di warung sebelah untungnya jual kopi, walau yang ada cuma kopi hitam tokk. Gak berapa lama bersantai sambil menikmati suasana Pantai Kuta di malam hari, seseorang menghampiri kami. Dia memperkenalkan diri sebagai seorang tour guide dari G-Advanture (salah satu travel agent ternama dari Canada), Mas Hans namanya. Kebetulan tamunya lagi party di warung sebelah, jd bisa bebas tugas sejenak. Mas Hans bercerita banyak tentang Lombok, objek wisata di Indonesia, sampai karakter client yang datang dari berbagai negara. Kesempatan deh kami nanya macem-macem, lumayan dapat banyak informasi buat bekal di jalan nanti, hehe.. Setelah panjang lebar bercerita seputar tempat wisata di Lombok, Mas Hans membuat kesimpulan "dikatakan ke Lombok itu kalau sudah ke Senggigi, Gili Trawangan, n Kuta". Excuse me, could you repeat the statement once again, Sir? It means we have been in Lombok, right? Yeayyyyy hahahaa.. Keasikan ngobrol, gak kerasa waktu menunjukkan pukul 00.00 wita. Sebenarnya asikk banget ngobrol dengan Mas Hans, sayang udah malem banget, kami juga harus istirahat untuk melanjutkan petualangan besok. By the way, nice to met you, Mr. Hans :)


To be continue...