Friday, 7 October 2016

Aji Mangku Cave, Maratua.




Banyak tempat menarik yang bisa kamu jelajahi jika sedang berada di Pulau Maratua, salah satunya adalah Goa Aji Mangku. Goa Aji Mangku terletak di Desa Payung-Payung, Pulau Maratua, Kepulauan Derawan. Sebelumnya aku juga sempat menulis pengalamanku saat berada di Desa Payung-Payung di post sebelumnya (disini). Ada dua alternatif yang dapat ditempuh untuk menemukan goa ini: pertama, jalan kaki dari Desa Payung-Payung kurang lebih 7 jam; atau kedua, dengan menggunakan speedboat, kemudian dilanjutkan dengan jalan kaki sekitar 5 menit menuju goa. 


Dari dua opsi tersebut, tentu kami memilih opsi kedua untuk sampai ke Goa Aji Mangku, selain menghemat energi juga efisiensi waktu perjalanan *lelah kalau harus jalan kaki 7 jam, bisa pecah betiss adek bang hahaha. Bareng teman-teman, aku memulai perjalanan dari dermaga di Desa Payung-Payung, salah satu yang perlu diperhatikan saat ingin melakukan perjalanan menggunakan speedboat adalah pasang-surut air laut, biasanya yang lebih mengetahui pasang-sutut air laut adalah penduduk sekitar, oleh karena ini kami juga membawa guide lokal, selain sebagai penunjuk jalan, juga untuk mengetahui kondisi tempat yang ingin kami tuju.







Setelah speedboat menepi, kami melanjutkan jalan kaki melewati hutan, aku saranin pakai alas kaki (sendal gunung atau gak sepatu) biar kakinya gak luka, soalnya jalan menuju Goa Aji Mangku bayak duri, ranting kayu, dan juga karang. Walau jarak antara pinggir pantai dengan goa gak terlalu jauh, usahakan jangan sampai terpisah dari rombongan, ntar nyasar kemana-mana.




Bayangan sebelum sampai di Goa Aji Mangku, aku ngiranya seperti goa-goa lain, masuk mulut goa, gelap, jalannya mesti nunduk-nunduk, ternyata gak. Aku lihatnya malah seperti kolam alami aja sih, gak terlalu luas, tapi airnya biru banget, jernihhh, guide-nya menjelaskan bahwa kolam ini dalam banget, barang-barang yang jatuh gak bakal bisa di ambil kembali, kecuali ada yang diving, jadi alat snorekeling, kamera, dll. harus benar-benar dijaga. Konon air di kolam ini berasal dari air laut, jd tembus kelaut gitu dibawah, airnya dingin banget.


Biasanya yang berani dan bisa berenang langsung loncat, tapi yang baru belajar berenang kayak aku jangan coba-coba deh, ntar gak timbul lagi, mending lewat jalan samping aja pake pelampung, hehee..


Kira-kira 30 menit berenangan main air di Goa Aji Mangku, karena semua merasa kedinginan, akhirnya kami memutuskan untuk naik dan kembali ke speedboat melanjutkan perjalanan. Dengan berakhirnya acara berenangan main air berarti berakhir pula cerita jalan-jalan kami di Goa Aji Mangku. Semoga tulisan yang gak seberapa OK ini *hehee bisa memberi sedikit informasi tentang salah satu objek wisata yang ada di Pulau Maratua.


And please don't hesitate to leave a comment below if you have any questions. Thank you for reading :)

Friday, 30 September 2016

Tolak Bala Ceremony at Payung-Payung Village, Maratua.


Kesibukan masyarakat Desa Payung-Payung pagi hari ini terlihat berbeda dari hari-hari sebelumnya. Pagi sekali aktivitas ibu-ibu di dapur sudah terdengar ramai, hal ini tentu mengundang rasa penasaran kami, seorang ibu kemudian menjelaskan bahwa mereka sedang mempersiapkan sajian untuk dibawa sebagai bekal untuk penyelenggaraan Upacara Tolak Bala yang akan dilaksanakan pada pagi hari ini. 

Upacara Tolak Bala merupakan pegelaran atau perayaan yang dilakukan setahun sekali oleh masyarakat Suku Bajau, di Desa Payung-Payung, Maratua. Dari beberapa orang yang saya jumpai, mereka menjelaskan bahwa upacara ini bertujuan untuk memohon perlindungan kepada Sang Pencipta (Allah, SWT.) agar terhindar dari hal-hal buruk (negatif) yang mungkin akan datang dikemudian hari, dan juga upacara ini sebagai bentuk rasa syukur mereka atas limpahan hasil laut (rezeki) yang dikaruniakan kepada masyarakat Desa Payung-Payung.

Masyarakat terlihat berbondong-bondong menuju satu tempat dengan membawa bekal mereka masing-masing. Tentu kami juga tidak ingin melewatkan moment setahun sekali ini, dengan berjalan kaki kami pun ikut menuju tempat dilaksanakannya Upacara Tolak Bala.


Sampailah kami di tempat dimana akan dilaksanakannya Upacara Tolak Bala, terlihat masyarakat mulai ramai berdatangan dan berkumpul di pinggir pantai, mereka datang dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua. Sesaat setelah kepala adat setempat tiba, mereka kemudian berjalan menuju sebuah titik yang berada di bibir pantai.


Karena tidak ingin berbasah-basahan, aku hanya mengamati dari kejauhuan jalannya prosesi Upacara Tolak Bala tersebut. Mereka terlihat membentuk sebuah lingkaran besar, seseorang terlihat khusyu membaca doa, setelah doa selesai dibacakan, kemudian orang tersebut memercikkan air kesetiap orang dengan berjalan mengelilingi lingkaran. Seketika suasana menjadi ramai, mereka saling siram-menyiram satu sama lain. Kepercayaan masyarakan setempat, hal tersebut dilakukan untuk membersihkan diri dari segala hal-hal negatif yang ada dalam diri mereka atau biasa mereka sebut dengan istilah 'buang sial'.


Selelah selesai bermain air (mandi-mandi), mereka kemudian berkumpul kembali di pinggir pantai. Bekal yang sedari awal mereka siapkan dikumpulkan menjadi satu, kemudian mereka melakukan doa bersama, terlihat seseorang memimpin doa. Setelah doa bersama selesai, makanan-makanan tersebut dibagikan kepada setiap orang yang hadir dalam upacara.


Dengan berakhirnya rangkaian doa yang dilanjutkan dengan menyantap bekal bersama, berakhir pula prosesi Upacara Tolak Bala yang merupakan salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Suku Bajau di Desa Payung-Payung. Upacara Tolak Bala ini juga menunjukan keanekaragaman adat istiadat yang ada di negeri kita tercinta, Indonesia. 

Thursday, 29 September 2016

Payung-Payung Village, Maratua.


Mendengar nama Pulau Maratua pasti sudah tidak asing lagi di telinga, mengingat pulau ini sangat terkenal dengan panorama alamnya yang sangat indah, keanekaragaman dan kekayaan bawah laut yang melimpah, serta kealamian yang masih sangat terjaga. Seriously, that's fantastic place you have to visit.
Pada umumnya jika mengunjungi Pulau Maratua orang akan terhenti di Paradise Resort, namun beberapa waktu lalu aku dan teman-teman mengunjungi bagian lain di Pulau Maratua, yaitu sebuah desa bernama Desa Payung-Payung. Tentu nama desa ini terdengar sangat asing, mengingat sangat jarang wisatawan yang datang mengunjungi desa ini, namun ternyata kearifan lokal masyarakat Suku Bajau masih sangat kental di Desa Payung-Payung.


Perjalanan kami mulai dari Pelabuhan Tengkayu Tarakan, tiga jam lamanya kami menembus lautan untuk sampai di Pulau Derawan. Yahh, walau tujuan kami ke Pulau Maratua, kami juga harus singgah ke Pulau Derawan terlebih dahulu untuk menyewa peralatan snorekeling dan perlengkapan lain yang tidak tersedia di Desa Payung-Payung.

Kurang lebih 1 jam perjalanan dari Pulau Derawan hingga akhirnya kami sampai di Desa Payung-Payung. Kami berhenti di dermaga yang jembatannya lumayan panjang banget, sehingga kami masih harus berjalan kaki menuju guest house yang berada tepat di depan dermaga. Sepanjang perjalanan melewati jembatan kami banyak menjumpai penyu yang hidup bebas di pulau ini, mulai dari penyu yang berukuran kecil, sedang hingga besar. Penyu-penyu tersebut seolah sangat dekat dan hidup berdampingan dengan masyarakat sekitar, sehingga habitat penyu-penyu tersebut masih sangat terjaga di Desa Payung-Payung.




Based on wikipedia.org., Pulau Maratua memiliki luas 2375,7 ha. sangat luas bila dibandingkan dengan Pulau Derawan yang hanya memiliki luas 44,6 ha. Fasilitas umum seperti puskesmas, sekolah, mesjid, dll. cukup memadai di pulau ini. Selain itu bandara juga sedang dalam proses pembangunan, tentu hal ini sangat memudahkan akses transportasi wisatawan yang ingin berkunjung ke Pulau Maratua nantinya.




Suasana pagi hari dengan pemandangan pantai, serta bau laut yang khas membuatku merasa senang berada di Desa Payung-Payung, selain itu keramahan penduduk lokal juga membuat kami seperti menemukan keluarga baru. Kami sungguh sangat menikmati suasana Desa Payung-Payung selama berada beberapa hari disana. Namun, ada beberapa hal yang perlu menjadi catatan untuk dilakukan perbaikan seperti ketersediaan listrik dan jaringan provider. Jadi, kalau sudah tengah malam biasanya listrik mati, ya udah deh kipas-kipas sepanjang malam, and FYI lagi nih yaa, saat malam pun suhu disana berasa panas banget, entah apa waktu kesana emang pas lagi musim panas atau gimana, tapi panasnya benar-benar gak umum banget, heheee. Selain itu, jika ingin berkomunikasi dengan dunia luar, kami juga harus pergi ke ujung dermaga untuk mencari signal, kami sampai bela-belain bawa bantal ke dermaga biar bisa sekalian nyantai, gak ada yang kenal juga, cuek aja bawa bantal kemana-mana, hahahaa. 





Beruntung, pada saat berkunjung ke Desa Payung-Payung bertepatan dengan pegelaran upacara adat yang dilakukan setahun sekali oleh masyarakat Suku Bajau di Desa Payung-Payung, yaitu Upacara Tolak Bala. Untuk melihat lebih jelas bagaimana prosesinya, baca disini yaa..
Selain Desa Payung-Payung, ada beberapa tempat yang menjadi tujuan kami selama di Pulau Maratua, salah satunya adalah Goa Aji Mangku. Perjalanan menuju Goa Aji Mangku juga aku buat di post terpisah.

Sebenarnya masih banyak pulau-pulau lain di Kepulauan Derawan yang belum terjelajahi, seperti Bakungan, Nabuco, dll. Semoga dilain kesempatan aku dan teman-teman bisa berpetualang kesana *aamiin. Semoga tulisan dan foto-foto diatas juga dapat memberikan sedikit gambaran tentang suasana Desa Payung-Payung dan membuat kalian ingin berkunjung kesana, heheee.. 

Please don't hesitate to leave a comment below if you have any questions. Thank you for reading :)

Thursday, 18 August 2016

Sunset at Paralayang Parangtritis, Yogyakarta.



Finally, this's the last part of my stories titled "Two Weeks Off Work" (after a very long time hahaa).


Pantai Parangtritis atau biasa juga disebut Paris oleh masyarakat Jogja merupakan salah satu tujuan wisata bagi para wisatawan yang datang ke Jogja. Bahkan ada yang berkata, ke Jogja kurang lengkap rasanya jika tidak mampir ke Pantai Parangtritis (Yes, I think so). Ombaknya yang besar khas pantai di pesisir selatan, serta pemandangannya di waktu matahari tenggelam yang romantis, menjadi daya tarik pantai yang selalu dinanti.

Kali ini aku dan teman-teman tidak sedang ingin bermain pasir atau ombak di pantai, kami ingin menikmati sunset atau matahari terbenam dari ketinggian dan puncak Paralayang pun menjadi spot pilihan kami, disini merupakan tempat yang paling tepat if we wanna enjoy the sunset to the fullest.




Pada saat sampai di puncak Paralayang, disana udah rame banget orang yang juga sedang menunggu matahari terbenam, mostly sih anak muda ABG-ABG gitu hehee. Mereka menikmati sunset dengan cara mereka masing-masing, ada yang duduk santai, foto, selfie, dll.

Dan berikut adalah penampakan sunset yang berhasil kami abadikan dari atas puncak Paralayang, Parangtritis.














The golden glow was so fantastic, wasn't it? Puas banget memandang sunset dari atas puncak Paralayang, sunsetnya cantik bangett...

Left to righ: Rahmat, Jemy, Nisa, Bintang, Janna, Ucam, Me, and Hafid.
Setelah matahari sudah tak menampakkan diri lagi dan hari pun mulai gelap, akhirnya kami memutuskan untuk segera pulang. Dalam perjalanan pulang, adzan magrib mulai berkumandang, kami pun mampir disalah satu mushola untuk menunaikan sholat magrib, setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju Mandala Krida untuk menyantap makan malam, nasi goreng sapi hehee..

Ini nih salah satu yang bikin pengen balik Jogja mulu, hehee..


My stories Two Weeks Off Work COMPLETED!!
Just wanna say thank you so much guyss.. started from Surabaya to Jogja, then back to Surabaya again. My missions completed, thank you and see ya next time :*

Wednesday, 22 June 2016

Two Weeks Off Work: Pinus Forest, Imogiri, Yogyakarta.




Setelah puas menikmati sunrise di Kebun Buah Magunan, aku melanjutkan perjalanan ke Hutan Pinus yang lokasinya masih di daerah imogiri, kurang lebih 5 menit untuk sampai ke TKP alias ke Hutan Pinus.


Aku terpesona melihat deretan pohon pinus menjulang tinggi berbaris rapi sesaat setelah sampai di tempat tujuan. Suasananya asri, sejuk, segar, bersih, nyaman banget pokoknya untuk santai disana..


Selain sebagai tempat yang pas untuk bersantai, Hutan Pinus ini juga sepertinya cocok untuk lokasi photo pre-wedding *hayooo mas jodoh mana mas jodoh hahahaa


Aku senang banget disini, entah kenapa seperti feel free aja, semua penat yang sudah lama terbendung terasa hilang seketika, mungkin karena udah lama banget aku terkurung dengan rutinitas kantor rumah kantor rumah tiap hari, jatuhnya kayak kurang piknik *hikss...


Berikut beberapa foto soloku di Hutan Pinus Imogiri, foto-foto dibawah lebih terlihat seperti anak hilang di tengah hutan, mondar-mandir kesana kemari gak jelas hahaa.











Setelah puas mondar-mandir kesana kemari, akhirnya kami pun memutuskan untuk pulang. 

Pas perjalanan pulang, liat jalan kok kayaknya suasananya asik, kendaraan juga gak rame-rame banget yang lewat, akhirnya kami singgah sebentar buat foto. Ya gitu, gak jelas aja di tengah jalan nyampah kayak foto dibawah, hahaa.


And don't forget to say thanks to my travelmate (read: Fadli) yang udah cekrekk sana cekrekk sini ditiap langkahku, walau aku agak risih sebenarnya hehee :p

Tuesday, 22 March 2016

Two Weeks Off Work: Kebun Buah Magunan, Imogiri, Yogyakarta.



Rangkaian two weeks off work kali ini aku diajak temanku melihat sunrise alias matahari terbit di Kebun Buah Magunan, Imogiri, Yogyakarta. Malam sebelumnya emang udah buat rencana mau kesana, jadi pagi banget udah siap-siap, setelah sholat subuh kami langsung tancap gas menuju TKP. Jujur, aku sampe bela-balain gak mandi demi ngejar sunrise *upsss hahahaaa...
Perjalanan untuk sampai ke Kebun Buah Magunan lumayan jauh, sebenarnya berangkat jam segitu udah telat sih kalau tujuannya ngejar sunrise. Walau udah ngebut di jalan, pas nyampe ternyata mataharinya udah meninggi, tapi golden glow of sunrise nya tetap dapet sih, pemandangannya juga cantik banget...








Kebun Buah Magunan cocok banget buat menikmati suasana pagi bareng teman or keluarga, tempatnya tenang, udaranya segar, no polusi, view-nya juga asik, selain itu disana juga ramai orang yang lagi olahraga pagi. Foto-foto dibawah ini mungkin bisa menggambarkan bagaimana suasana pagi di Kebun Buah Magunan.







Kebetulan pas lagi di Kebun Buah Magunan pengunjungnya gak rame-rame banget, jadi fotonya gak bocor sana sini, hehee. Mungkin juga karena kami kesiangan, makanya pengunjungnya udah pada pulang, sisa beberapa orang aja yang masih bertahan nongkrong disana.

















Karena kesininya juga cuma berdua sama temanku (lagi-lagi sama Fadli), jadi fotonya banyakan foto solo doank, saya bertindak sebagai model tunggal dan dia bertindak sebagai fotogrefernya, hehee.

Wefie with my travelmate :p
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju Hutan Pinus yang lokasinya gak jauh dari Kebun Buah Magunan, masih di wilayah Imogiri, Yogyakarta. Cerita selanjutnya aku buat di post terpisah. :)