Monday, 15 February 2016

Pulau Sebatik: The Border Between Indonesia and Malaysia (Part #2)


Hari ketiga di Pulau Sebatik sekaligus hari terakhirku disini, aku memulai aktivitas pagiku seperti biasa, tidak ada yang special selain udara pagi di Pulau Sebatik yang masih segar. Rasa penasaran membuatku memutuskan untuk berjalan disekitaran rumah tempat aku menginap. Hari terakhir aku baru tahu kalau ternyata ada pantai disekitaran sini. *kemaren2 kemana aja heheee...


Dibalik rimbun pepohonan, ada pantai terbentang luas disebelahnya. Akupun memberanikan diri masuk ke semak-semak seorang diri, dan ternyata aku menemukan jalan buntu, pantainya sudah di depan mata tapi gak bisa turun. Saat itu cuaca lagi mendung, namun dari kejauhan diseberang sana samar terlihat bangunan-bangunan Kota Tawau, Malaysia. Lumayan horor sendirian disana, takut ada binatang-binatang, terutama ular, takut ada orang jahat juga, akhirnya aku sempatin foto sebentar trus kaburrrrr hahaaa..


 
 
Rasanya belum puas menikmati suasana pantai, akhirnya aku mencari teman dan kembali ke pantai itu lagi. Kalau menurut aku pantainya lumayan bagus, masih alami, bersih, cuma mungkin karena kurang dikelola jadi terkesan dibiarkan begitu aja, ya masih alami banget.


 



Setelah puas menikmati suasana pagi di pantai, aku pun memutuskan untuk kembali ke rumah tempat aku menginap dan segera membereskan barang-barangku. Sesuai rencana, aku akan melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan di Sei. Nyamuk. Sesampainya di pelabuhan, aku langsung menuju loket tiket yang antriannya lumayan panjang. Kondisi di area loket sempat memanas karena tiket untuk tujuan Tarakan sudah habis terjual, sedangkan banyak penumpang yang belum dapat tiket, termasuk saya sendiri. Haduhh terpaksa deh keluarin jurus melas, ngerayu mbak loket yang awalnya agak kurang bersahabat. Lama banget berdiri di depan loket panas-panasan demi selembar tiket, karena kasihan dan akunya juga sedikit maksa akhirnya mbak loket itu memberikan satu tiketnya untukku. Sebenarnya tiket belum habis, cuma banyak yang pesan lewat belakang, jadi yang antri di depan banyak yang gak kebagian. *budayain antri donk, kasian yang udah panas-panasan..

Loket Tiket

Suasana pelabuhan di Pulau Sebatik

Para pedagang berjualan di pinggiran jembatan pelabuhan

Sembari menunggu kapal yang akan membawaku ke Tarakan, aku tertegun melihat kondisi pelabuhan di Sebatik, sangat-sangat biasa, sangat kontras bila dibandingkan dengan pemandangan di seberang sana, bangunan tinggi Kota Tawau terlihat megah dari Pulau Sebatik. Tapi ya sudahlan kita berdoa saja semoga nantinya ada perbaikan yang lebih baik, gak mesti bangunan-bangunan megah, cukup perbaikan infrastruktur umum aja dulu, hehee.
 
The view of Tawau City from Sebatik Island
Kapal yang sejak lama ditunggu pun akhirnya datang, namun  kekacauan kembali terjadi, karena banyaknya penumpang yang ingin berangkat duluan jadilah desak-desakan pada mau naik duluan. Untungnya petugas kapal sudah punya list nama-nama penumpang yang sudah terdaftar *saya mah tenang aja wong tiket udah ditangan kok, hehee...

Muka-muka lelah penumpang :p

Absent sebelum masuk kapal
Namaku dipanggil dan akupun akhirnya naik ke kapal, dalam hati ngomong "selamat deh bisa pulang ke Tarakan". Saat kapal mulai meninggalkan pelabuhan saat itu pula petualanganku di Pulau Sebatik berakhir. Senang banget bisa jalan-jalan ke Pulau Sebatik, berkunjung ke pedesaan, dan juga melihat langsung kehidupan masyarakat di perbatasan Indonesia - Malaysia, yang biasanya sering aku lihat di TV kalau lagi ada isu-isu perbatasan. Semoga lain kali bisa main kesini lagi, amin :)

END!

0 comments:

Post a Comment